SELAMAT DATANG. Ini adalah blog Tempat bagi temen temen ASRI-KEP menyalurkan bakat dan hobinya serta mengembangkannya. baik berupa article, cerpen, puisi, ataupun yang lainnya, disamping demi untuk terjaganya jalinan sillaturrahim diantara anggota anggota ASRI-KEP. Blognya anak anak ASRI-KEP (assosiasi santri riau dan riau kepulauan) Yang berdomisili di PP AL IHYA 'ULUMADDIN KESUGIHAN 1 CILACAP. semoga jalinan yang telah ada akan tetap terjaga. mohon maaf apabila isi blog masih sedikit dan blum banyak kelengkapannya serta masih bnyak yang perlu disempurnakan karena ini masih baru. semoga dapat membantu

Minggu, 10 Februari 2013

Senja dan Sajak Cinta//copast//Brother Wise/_



Senja adalah semacam perpisahan yang mengesankan. Cahaya emas berkilatan pada kaca jendela gedung-gedung
bertingkat, bagai disapu kuas keindahan raksasa. Awan gemawan menyisih, seperti digerakkan tangan-tangan dewa.

Cahaya kuning matahari melesat-lesat. Membias pada gerak jalanan yang mendadak berubah bagai tarian. Membias pada papan-papan reklame. Membias pada percik gerimis dari air mancur. Membias diantara keunguan mega-mega. Maka langit bagaikan lukisan sang waktu, bagaikan gerak sang ruang, yang segera hilang. Cahaya kuning senja yang makin lama makin jingga menyiram jalanan, menyiran segenap perasaan yang merasa diri celaka. Mengapa tak berhenti sejenak dari upacara kehidupan?

Cahaya melesat-lesat, membias, dan membelai rambut seorang wanita yang melambai tertiup angin dan dari balik rambut itu mengertap cahaya anting-anting panjang yang tak terlalu gemerlapan dan tak terlalu menyilaukan sehingga bisa ditatap bagai menatap semacam keindahan yang segera hilang, seperti kebahagiaan.

Langit senja bermain di kaca-kaca mobil dan kaca-kaca etalase toko. Lampu-lampu jalanan menyala. Angin mengeras. Senja bermain diatas kampung-kampung. Diatas genting-genting. Diatas daun-daun. Mengendap ke jalanan. Mengendap ke comberan. Genangan air comberan yang tak pernah bergerak memperlihatkan langit senja yang sedang bermain.

Ada sisa layang-layang dilangit, bertarung dalam kekelaman. Ada yang sia-sia mencoba bercermin di kaca spion sepeda motornya. Ada musik dangdut yang mengentak dari warung. Babu-babu menggendong bayi di balik pagar. Langit makin jingga, makin ungu. Cahaya keemasan berubah jadi keremangan. Keremangan berubah jadi kegelapan. Bola matahari tenggelam di cakrawala, jauh, jauh diluar kota. Dan kota tinggal kekelaman yang riang dalam kegenitan cahaya listrik. Dan begitulah hari–hari berlalu.

Lampu-lampu kendaraan yang lalu-lalang membentuk untaian cahaya putih yang panjang dan cahaya merah yang juga panjang. Wajah anak-anak penjual Koran dan majalah di lampu merah pun menggelap. Mereka menawarkan Koran sore dan majalah ke tiap jendela mobil yang berhenti. Bintang-bintang mengintip dilangit yang bersih. Seorang wanita, entah dimana, menyapukan lipstik ke bibirnya.

Malam telah turun di Jakarta. Dimeja sebuah bar, yang agak terlalu tinggi, aku menulis sajak tentang cinta.
  • langit muram, kau pun tahu
  • angin menyapu musim, gerimis melintas
    pada senja selintas, aku tak tahu
    masihkah ketemu malamku
  • kamu adalah mimpi itu, siapa tahu
  • dalam jejak senyap semalam
    menatap hujan,
    tiada bertanya sedu atau sedan
    .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar